Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

0 comments


…...Namanya Jazuli, Jufri, Ridwan, dan Fahmi sudah 4 tahun enam bulan mereka bersama dalaam satu kamar di Asrama kontrakan sederhana mereka demi menuntut ilmu di halaman orang lain. Dari ke empat sekawan ini hanya fahmiyang sudah menyandang gelar Sarjana pendidikan yang sudah lulus setahun kemrin sedangkan yang bertiga masih duduk di bangku kuliah semester 2 dengan jurusan yang berbeda beda. Namun fahmi masih tetap bersma mereka bertiga dikarenakan fahmi bekerja di dekat asrama kontrakan mereka. Selain keceriaan disetiap harinya Kontrakan yang begitu se derhana itu tak pernah kosong dari lantunan ayat suci di setiap harinya. keistiqomahan  yang masih menempel didalam ke empat bersahabat ini masih kental yang ke empatnya sama2 alumni pondok pesantren. Jadi tak heran jika dalam kontrakan yang amat sangat sederhana ini terjalin hubungan yang sangat komonikatif dan saling menasehati lebih lebih dalam kebaikan.sholat lima waktu misalnya yang mereka selalu berjamaah. Sepperti biasa di pagi hari yang cerah Yang bertugas membersihkan kontrakan adalah si Jufri  dengan sambil menyanyikan lagu Nissa sabyan dengan suara falsnya yang tak pernah dia pikirkan yang penting bahagia terserah orang mau mengkritik apa. “ didada dididadam didadadididadam didamm... dengan kasihmu ya robby damaikan hati ini.”  Ridwanpun sambil duduk di kursi dengan sepotong rokok dan kopi kapal api yang tersedia buatan sebdiri sambil  tertawa  mendengar si jufri nyanyi nyanyi. Fahmi juga Duduk di lantai deket pintu sambil smer spatunya persiapan nanti berangkat kerja sambil menggelengkan kepala mendengar suara jufri. “Terima sembah sujudku terimalah doaku” jufripun melantangkan suaranya dan ridwanpun mendekati jufri sambil bilang.
Ridwan : Cong jufri
Jufri     : iya Nom apa
Ridwan : suaramu bagus tapi alangkah lebih baiknya jika kamu berenti nyanyi.
Jufri : hahahaha jahat awalnya muji ehhhh gataunya berakhir Caci jahat kmu Nom
Ridwan : lhaaa kan iya Cong it’s Fact.
Jufri : uda lah nommm bilang aja kamu iri denga kemerduan suara saya hahahaah😁
Ridwan : terserah deh pokoknya itu dah. Ehh ngomong ngomong si jazuli kemana?
Jufri : tau mungkin  masi tidur dia di kamar , biasa begadang nelpon sama cewenya dia rutinitas tiap malem hehehe……..
Ridwan : emmmm pantesan. Ehh, Fahmie jazuli masih blom bangun? Lanjut ridwan bertanya kepada fahmi
Dengan masih smer sepatu Fahmi menjawab “ ga tau tu kalo tadi siii masi tidur dia. Tadi subuh dia sehabis shalat berjamaah bareng kita langsung ambil Telpon genggamnya dengan Headpone yang menempel di telinganya .
Ridwan : walah... jazuli jazuli tetep aja penyakitnya kamu (sambil gelengkan kepala)
Jufri : emang uda dari sononya mungkin si jazuli demen telponan ama kaum hawa yang masi blom pasti mau khitbah atau ga.
Ehem ehem… suara dari dalam kamarpun terdengar dengan sambil tersenyum menghampiri jufri, ridwan dan fahmi. “Ya Robbb hamba tertidur pulas seusai subuh ehh ternyata ada yang ghibahi saya, tunjukkanlah mereka jalan yang lurus ya Rabb” Hehehe begitulah perkataan jazuli yang sambil berjalan dan bergabung dengan mereka bertiga.
Fahmi ; la ini orangnya, siapa yang ghibah ja?
Jazuli : buktinya mulai tadi khan kalian ngomongin saya  hayooooo  gaku aja deh
Ridwan : hahahahahahaha berarti kamu denger semua donk pembicaraan kita mulai tadi
Jazuli : emmm denger si denger tapi dikit dikit saja karena kaga fokus saya sambil telponan di kamar tidur
Fahmi : tuuuu khan bener, sambung fahmi
Emang orang mana siii ja yang sering kamu telpon itu? Saya ingatkan ya ja, jangan sering beri harapan palsu ama  anak orang, kmu ntar kena batunya nangis lho hahahahahaha sambung Jufri sambil tertawa ngledek si jazuli.ridwan dan fahmipun ikut tertawa
Ridwan : iya jaaa jangan Cuma sering kasi Mawar Kasih aja dia Mahar biar cepet halal gto hehehehehe
Jazuli : iya iya iyaaaaa sudah kayak ustad Aja kalian semua ceramah pagi pagi hehehe
Mereka berempatpun tertawa ceria di dalam kontrakan itu. Tak lama kemudian Grettttt grettttt gretttttt dengan tak ada bunyi nada namun hanya getaran yang ada handpone jazuli bergetar... dan ternyata di layar hapenya teruliskan nama “my bebeb”   jufri dan Ridwan melihatnya emmmmmm tu kan tu kannnn  ini nih uda mau mulai si jazuli tukas ridwan . dan ternyata tak lama kemudian panggilan masuk itu terhenti. Dan jazulipun langsung memanggilnya  namun apa yang terjadi
Tekan 1 untuk panggilan diteruskan dan biaya dibebankan pada penerima  itulah suara yang berbunyi di handpone jazuli
Fahmi : beeeee kasiannya kamu jaaaaa hahaha
Jufri : Abbe kanakkk faya uda kaga cukup pulsanya hehehhe
Ridwan : (hanya melihat dan tersenyum melihat jasuli di jailin sama fahmi dan jufri sedang jazuli kesal karena mau telfon bebebnya sudah tidak cukup pulsa)
Jufri : ini niii kisah cintanya jazuli yang begitu miris Terhalang oleh Tekan 1.
Hahahahaa mereka berempatpun trsenyum dalam kontrakan itu melihat jazuli tersipu malu namun tak pernah ada rasa Benci terhadap kawan kawannya di kontrakan itu.
Bersambung.......


My writing:
Sahriyanto Hirano,  (OSIS  MA. AL-FALAH DEMPO)


Read More »

0 comments



          Di kala angin malam berhembus dengan bersepoi-sepoi,serta di iringi dengan gemuruh ombak yang saling kejar-mengejar menghasilkan nada serta irama yang sangat indah bak megah di dengar.sang jangkrik pun juga telah mengumandangkan suaranya,yang senantiasa selalu setia menyambut kehadiran sang rembulan beserta bintang kejora yang siap memancarkan gemerlap cahayanya di atas langit yang agung.pada saat itu seorang insan bernama Reza tak kuasa menahan dinginnya angin malam yang kini menyelimutinya, lantas dia bergegas mengambil jaketnya yang berlambang alan walker,jaket itu adalah jaket kesayangannya karena jaket itu pemberian ayahnya di ulang tahun Reza.di dalam gubuk rumahnya yang kurang terawat,entah mengapa Reza terlihat sangat gelisah,setelah itu Reza menghampiri seorang wanita yang sudah agak renta,dialah ibunya,yang senantiasa selalu setia mendampinginya dan selalu menyayanginya.kemudian dia bertanya dengan nada yang lembut selembut kain sutra,”ibu,ayah ada di mana…?”lantas ibunya menjawab dengan di iringi dengan senyuman yang aduhai syahdunya”ayahmu sedang berlayar nak, mungkin sebentar lagi dia akan pulang…!”dengan mengelus bahu anaknya dia kembali berkata dengan nada yang cukup rendah kepada Reza”sudah malam nak, kamu tidur sana gih. kalau kamu bangunnya kesiangan nanti kamu bisa terlambat loh pergi ke sekolah”lantas Reza mengangguk dan faham atas seruan ibunya,dia pun langsung beranjak pergi ke kamarnya untuk segera terlelap dalam mimpinya.
         Pagipun tiba di kala sang mentari kini mulai bersemi kembali ,menyapa dunia dengan membawa sinar cahaya yang sangat terang,serta di sambut dengan kicauan burung-burung yang sangat merdu sambil menari-nari dan terbang laksana pesawat MH-370 yang sangat menawan,membuat Reza kini terbangun dari alam mimpinya.Reza beranjak dari tempat tidur menuju jendela yang ada di samping rumahnya untuk menghirup udara segar,namun tanpa tersengaja Reza melihat sekumpulan warga yang ada di tepi pantai,rasa penasaran pun datang menghampiri fikiranya.setelah itu Reza bergegas keluar dari gubuk rumahnya yang sungguh sangat sederhana itu,setelah sampai di tepi pantai Reza kini menjumpai ibunya  yang sudah terbuai isak tangis yang sangat dahsyat dan sangat histeris.kejadian ini membuat Reza menjadi tambah bingung,lantas Reza bertanya pada ibunya yang sudah menuai air suci dari kedua kelopak matanya yang sudah membanjiri sebagian dari tubuhnya”apa yang terjadi bu…?,kenapa ibu  bersedih….?”ibunya hanya diam membisu tanpa sepatah kata pun yang terlontar dari lisannya,ibunya hanya mampu menatap dalam-dalam wajah Reza,lantas ibunya menunjukkan seseorang yang sudah terkapar tak berdaya di pasisir pantai yang juga di kerumuni oleh warga kampung, alangkah terkejutnya Reza melihat hal apa yang di tunjukkan oleh ibunya”inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,AYAAHHHH………..”kini deraian demi deraian air bening yang keluar dari kedua mata Reza tak dapat di tampung kembali,perasaan Reza sangat terpukul melihat ayahnya  tak bernyawa kembali.air mata itu terus bercucuran tanpa henti sehingga membasahi sekujur tubuh Reza,warga yang melihat fenomena ini merasa iba dan terharu melihat Reza dan ibunya terus mengeluarkan tangisannya.lantas para warga segera membawa jasad ayah Reza ke rumahnya untuk segera di proses pemakaman ayah Reza.namun Reza masih belum percaya atas takdir yang di berikan padanya,lantas ibunya datang menghampiri Reza dan berkata dengan nada yang masih di selimuti dengan rasa bersedih”nak,kita harus bersabar atas takdir yang tuhan berikan pada kita,kita harus tabah menerimanya, ayah pasti bahagia di alamnya kini”ibunyapun memeluk Reza supaya Reza bisa lebih tenang untuk menghadapinya.lantas ibunya berkata kembali”nak,kita harus mendo’akan ayah,semoga ayah di terima di sisi yang maha kuasa,dan semoga amal buruk yang di lakukan ayah semoga   di ampuni dosanya”.kemudian Reza kini kembali mengangkat suaranya yang sudah hampir pekak ”iya bu,aku ikhlas menerima ini semua bu,aku ikhlas” .kemudian reza menatap wajah ayahnya yang kini tidak bernyawa kembali.
          Di saat sang raja siang terbenam di ufuk barat dan senja malam pun kini telah menggantikan posisinya,ditandai dengan sang rembulan serta para kejora yang sudah berkedip-kedip di atas angkasa dan menghiasinya dengan sinar-sinar cahaya yang sangat indah,alunan jangkrik pun kembali berdering dengan sangat syahdu,serta gemuruh ombak yang selalu siap menghantam karang-karang di laut yang akan menciptakan alunan nada dan irama yang sangat merdu.pada saat itu Reza  sedang berada di depan rumahnya, sambil menikmati indahnya angkasa yang telah di hiasi oleh bintang-bintang yang indah.kini Reza bernostalgia dan merenungi atas kematian ayahanda tercinta,tak lama kemudian di saat Reza terbuai akan keindahan malam,ibunya datang menghampirinya sembari dengan perkataan sejuknya ”walaupun kini ibu telah sendiri,ibu janji akan selalu membahagiakan kamu dan ibu akan berikan semuanya padamu.ingat,pada suatu hari nanti ibu mengharapkan kamu akan menjadi sosok  insan yang sukses di masa depanmu nanti.itulah yang ibu harapkan, ibu mau kamu berguna bagi bangga dan agama”kemudian Reza menatapi wajah ibunya yang sungguh sangat menyayat hati,Reza berkata dengan nada yang sangat sopan kepada ibunya”ibu,maafkan aku sejak aku terlahir ke dunia ini aku tidak penah membuat ibu menjadi senang,tapi aku malah selalu merepotkan dan kurang membanggakan ibu.aku janji pada ibu bahwa aku akan menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsa dan agama,aku ingin membuat ibu menjadi senang dan selalu bahagia.karena aku sangat mencintaimu ibu”.lantas ibunya kembali berkata sambil memegang tangan Reza tanda kasih sayangnya pada anaknya.”iya nak,ibu percaya bahwa kamu akan menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsa dan agama kita ini nak,dan satu hal lagi yang perlu kamu tau nak,di saat kamu melihat dunia dengan keadaan yang sempurna,bagi ibu itu adalah hal yang paling indah.kecintaan seorang ibu pasti lebih kuat dari pada cintanya seorang anak,ibu sangat bersyukur karena kamu di takdirkan menjadi anak yang  berbakti pada ibu,terima kasih ya,nak”.setelah itu Reza memandangi wajah  ibunya dan kembali berkata”do’akan aku bu,semoga aku menjadi anak yang selalu mensyukuti nikmat tuhan dan semoga kelak aku menjadi orang yang sukses”ibunya menjawabnya kembali sambil melepaskan pelukannya”iya itu sudah pasti nak.do’a ibu akan selalu menyertaimu sepanjang jalan dan tidak ada penghalang diantara do’a ibu padamu nak”.Reza mengangguk dan masuk ke dalam gubuk rumahnya  karena malam sudah sangat sunyi dan kelopak mata pun terasa ingin menutup,maka Reza menyelimuti tubuhnya dan segera berpetualang di alam mimpinya.

( ENAM BULAN KEMUDIAN)
 
          Kini hari yang paling di tunggu-tunggu Reza akhirnya tercapai,hari ini adalah hari yang begitu sejarah bagi Reza karena telah sampai di ujung perjuangannya di masa putih abu-abu atau masa SMA,sungguh di luar dugaan hal  yang tidak pernah terlintas di benak fikiran Reza bahwa dia akan mendapatkan gelar sebagai siswa berprestasi,sehingga Reza mendapatkan beasiswa dari sekolah untuk melanjutkan studinya di johor malaysia. Reza tak sabar ingin segera memberitahukan hal yang membuat hatinya berbunga-bunga kepada sang ibunda tercinta yang kini berada di gubuk rumahnya yang ada di pinggir pantai,lantas  Reza segera pulang dan berkata kepada ibunya.”ibu, alhamdulillah aku mendapatkan gelar siswa berprestasi bu, ”ibunya langsung memeluk tubuh reza dengan di sertai rasa bersyukur pada sang maha kuasa yang telah memberikan nikmatyang sanagat luar biasa ini,ibunya berkata dengan rasa bangganya kepada sang buah hatinya.”benarkah itu nak......?,ibu sangat bangga sama kamu,ibu sangat bersyukur bisa mendapatkan kenikmatan yang sungguh sangat luar biasa ini.tapi,jangan sampai kamu menyombongkan diri,karena tuhan tidak menyukai orang yang sombong apa lagi takabur,ibu tidak mau kamu seperti itu.”ucap sang ibu pada anaknya.kemudan Reza kembali berkata”terima kasih ya bu,karena ibu telah memberikan aku kesempatan untuk bisa belajar dan mentamatkan sekolahanku,aku janji pada ibu,bahwa aku tidak akan sombong dan senantiasa selalu bersyukur pada sang kholik karena telah memberikan nikmat yang sangat banyak pada kita berdua, bu”ibunya kembali mengangkat suaranya dengan di sertai senyuman syahdunya”kalau bagitu bagus nak,ibu sangat bangga pada kamu karena kamu telah berbakti dan patuh pada ibu”lantas Reza melemparkan senyum tipisnya dan berkata”.oh iya ibu,aku sangat ingin melanjutkan studi belajarku ke perguruan tinggi,aku ingin kuliah.bagaimana menurut ibu,apakah ibu setuju…?”ibunya diam sejenak,sepertinya ada yang terlintas di fikirannya,tak begitu lama ibunya berkata kembali”iya nak,ibu akan selalu merestui dan mengidzinkan kamu untuk berkuliah.tapi seribu kata maaf ibu sampaikan  pada mu nak,karena ibu tidak punya uang untuk membiayai kuliah kamu itu nak,kan kamu tau sendiri.kalau biayai kuliah itukan mahal,ibu tidak sanggup untuk membiayai kuliah kamu”lantas Reza berkata dengan penuh percaya diri,”kalau masalah biaya ibu jangan khawatir,alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di malaysia, sehingga ibu tidak usah susah payah untuk memikirkan hal itu ya, bu”sontan ibunya berkata dengan rasa yang di liputi rasa senang gembira”ibu sanggat bangga pada kamu nak,kamu sekarang menjadi orang yang sukses,ibu sangat menyayangi kamu,nak”.Reza menundukkan kepalanya dan mengangkat pita suaranya kembali dengan suara pelannya,”tapi maaf bu,mungkin aku akan meninggalkan ibu sendiri di sini ,aku ingi menanyakan hal ini apakah ibu tetap mengidzinkan aku untuk menimba ilmu walau ke malaysia…?”kemudian terbinarlah kedua kelopak mata ibu Reza se akan-akan ada air kristal yang akan jatuh di sana,dengan rasa yang agak tertahan,ibunya kembali  berkata pada reza”iya nak,ibu ikhlas dan tetap mengidzinkan kamu pergi untuk mencari ilmu,tak apa-apa bila kamu harus pergi meninggalkan ibu sendirian di sini,itu semua demi kamu,demi mambuat kamu menjadi orang yang sukses dan berguna bagi bangsa dan agama,do’a ibu sepanjang jalan dan tak pernah putus oleh apa pu,ibu ikhlas nak,bila kamu pergi meninggalkan ibu,karena Keikhlasan adalah bukti kesabaran yg sejati,dan orang yang bersabar maka akan selalu bersama tuhan”setelah itu ibunya menghela nafas dalam-dalam dan memberikan pesan untuk anaknya dengan berkata” Dunia ini laksana lautan yg luas. Kita adalah kapal yg belayar di lautan telah ramai kapal karam didalamnya,andai muatan kita adalah iman, dan layarnya takwa, niscaya kita akan selamat dari tersesat di lautan hidup ini oleh karena itu nak,jika kamu nanti berada di luar negeri,maka ibu harapkan supaya kamu membentengi diri kamu dengan iman dan takwa kepada tuhan yang maha esa”Reza mendengarkan pesan dari ibunya dengan konsentrasi yang penuh.lalu mereka masuk ke dalam gubuk rumahnya yang sudah reyot itu,dengan segala macam rasa yang ada di hati mereka.
          Di suatu hari yang sangat indah serta sinarnya cahaya sang mentari yang kembali hadir dari ufuk timur,dan para burung-burung telah bersedia kembali untuk melantunkan kicauan merdunya untuk menyambut sang mentari yang kembali menyapa dunia ini dengan cahaya emasnya.kini tiba saatnya Reza dan ibunya akan berpisah,ibunya memeluk Reza  erat-erat rasanya tak ingin dia melepaskan pelukan hangat yang di berikan Reza padanya,namun sudah takdir berkata seperti itu, bahwa mereka harus berpisah. apalah daya ibunya harus rela untuk melepaskan sang buah hatinya itu untuk mencari ilmu,maka Reza berpamit pada ibunya”terima kasih bu,atas apa yang dari dulu ibu berikan pada ku,terima kasih atas apa yang ibu korbankan,dan yang telah di perjungkan,dan ketabahan yang telah ibu berikan sejak aku lahir sampai sekarang,maafkan aku bu,bila aku harus meninggalkan ibu,setelah sekian banyak hal yang ibu berikan padaku,aku malah akan pergi meninggalkan ibu,jasamu akan ku kenang selalu.aku pamit ya bu..?,aku janji tidak akan lmelupakan atas apa yang ibu berikan padaku karena aku sangat menyayangimu,ibu.”dengan ketabahan hati ibunya berkata”hidup ini memerlukan pengorbananan,dan Pengorbanan memerlukan perjuangan,serta Perjuangan memerlukan.ketabaha,dan Ketabahan memerlukan keyakinan,serta Keyakinan pula menentukan kejayaan,dan Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan,itulah yang ibu harapkan & inginkan ibu ingin kamu bahagia di masa depanmu kelak,nak”ucap ibunya dengan air mata yang berlinang.setelah itu Reza menatap wajah ibunya dan menglihkan pandangannya pada gubuk rumah yang begitu sederhana itu,lalu Reza kembali berkata pada ibunya “ibu,Reza pergi dulu ya bu,do’a akan aku semoga aku sukses di negara tetangga kita ini bu.”lantas ibunya kembali berkata dengan di iringi isak tangis dan air mata yang sudah berlinang”iya nak,ibu akan selalu mendo’akan kamu kapanpun,dan di mana pun kamu berada,”kemudian rasa iba datang dari lubuk hati Reza,maka dia langsung berkata pada ibunya”bu,entah apa yang bisa membalas jasa-jasamu,terima kasih ya bu,aku pergi ”setelah itu Reza benciumi tangan ibunya dan reza pun pergi .kini,hanya lambaian tangan yang mengiringi langkah reza menuju malaysia,terasa berat saat perpisahaan kini telah tiba dan Reza tetap menatap wajah ibunya sampai ibunya tak terlihat kembali.
(sesampainya di malaysia)
          Sesampainya di johor malaysia,Reza langsung menerima test dari universitas yang ada di sana dan syukurlah dia lulus,di saat selesai tes tanpa tersengaja Reza menabrak seorang wanita yang sedang membawa buku-buku,sehingga buku-buku yang ada di tangan wanita itu jatuh berserakan,maka Reza bergegas mengambil buku tadi dan di saat mengambil buku itu tangan Reza bersentuhan dengan tangan wanita yang masih asing bagi Reza ,maka terjadilah sebuah kontak rasa kagum dari mereka berdua,langsung saja Reza berkata pada wanita tadi,”saya nak minta maaf,sungguh saya tak sengaja”ucap Reza pada wanita itu,lantas wanita tadi berkata, “iya,tak apalah,oh ya .perkenalkan saya viona,saya dari kuala lumpur,namun karena saya nak belajar di kuala lumpur saya pindah kak sini,macam dengan awak”kemudian Reza mengangkat suara ”oh iya,perkenalkan nama saya Reza,saya dari indonesia,saya datang kak sini juga nak belajar jua”kemudian gadis yang memiliki paras yang cantik itu,berkata dengan nada yang sungguh sangat lembut.”oh,awak dari indonesia,di daerah kak mana…?”Rezapun menjawab pertanyaan Viona”iya,saya dari indonesia,lebih tepatnya di pulau garam”kemudian mereka berdua pergi suatu taman di malaysia  yang bernama heaven park ,tempat yang sangat indah dan megah laksana serpihan istana nabi sulaiman,kemudian Viona menanyakannya sesuatu kembali pada Reza”kenapa awak nak belajar kak sini”,Reza teringat wajah ibunnya dan Reza pun berkata pada Viona”saya nak belajar kak sini,itu sebab saya nak membahagiakan ibu saya di sana,saya nak menjadi budak yang sukses biar saya bisa membalas jasa-jasa orang tua saya di sana”lantas viona kembali mengajukkan beberapa pertanyaan kembali”apa mak dan abah awak  masih hidup…?” dengan spontan terlintas di fikiran Reza sosok ayahnya yang sangat ia sayangi,Reza berkata pada Viona”tak ayah saya dah tak ada,dia meninggalkan saya sejak saya menimba ilmu di bangku SMA dahulu”dengan rasa menyesal Viona berkata”owh,maafkan saya,saya ikut  berduka cita”kemudian Reza kembali berkata”tak apalah saya dah ikhlaskan semuanya”sebenarnya sejak pertama kali Reza bertemu dengan Viona sudah sangat nyaman dan sangat erat,sehingga Reza ingin menjadikan Viona menjadi makmumnya,namun Reza masih segan untuk mengatakannya pada viona yang telah menarik hati Reza.
          Siang dan malam pun telah silih berganti tak kuasa dengan gejolak asmara yang tersirat di lubuk hati Reza,dia ingin tuk mengungkapkan perasaannya terhadap viona,seorang gadis yang berparas cantik dan berbudi baik kepribadiannya reza mempunyai sebuah prinsip yang pernah tersirat di dalam hati dan fikirannya yaitu bahwa "Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia, umpama kaca mata yangbersinar- bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa"dan reza  telah melihatkepribadian viona yang berbudi baik, maka Reza mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu untuk mencoba mengungkapkanya pada viona seorang kaum hawa yang telah menarik hati kaum adam yaitu Reza.di sebuah taman yang bernama heaven park adalah tempat Reza untuk mengatakannya pada Viona.tempat di mana dulu Viona dan Reza saling mengenal,tak begitu lama datanglah  Viona dengan paras yang aduhai cantiknya dengan gaum merah dan rambut yang terulai,membuat Reza terpana melihat Viona yang semakin cantik dan mempesona,lantas Reza berkata pada viona”maaf sebelumnya  bila saya merepotkan awak,saya harap awak bersenang hati tuk menerima kencan dari saya malam ni”kemudian Viona berkata”tak apalah,ada perlu apakah awak pada saya”maka langsung saja Reza berkata pada viona dengan memberikan setangkai mawar merah dengan posisi berlutut dan mengharap cinta dari viona”sebetulnya saya nak ingin mengungkapkan pada awak tentang curahan hati saya,bahwa saya nak ingin menjadikan awak sebagai calon makmum dari saya,maaf saya cakap macam ini,tapi saya bersungguh-sungguh mencintai dan ingin menjadikan awak sebagai pendamping hidup saya”kemudian inilah jawaban viona yang begitu di tunggu-tunggu Reza”Reza sahabatku,saya sebetulnya juga merasakan hal yang serupa dengan awak,tapi apalah daya saya tak sanggup tuk mengatakan,namun malam ni awak dah cakap macam itu,saya jua nak ingin awak menjadi pendamping saya,karena saya tengok kebaktiaan awak pada mak cik awak sangatlah baik,dan itulah hal yang membuat saya kagum atas kepribadian awak,”maka dengan girang Reza bercakap pada Viona yang juga mempunyai hal yang serupa dengannya”apakah itu artinya awak menerima saya”dengan di iringi dengan senyuman yang sangat manja Viona berkata”iya kalau saya sangat menerima dengan awak,tapi entah dengan keluarga saya,saya harap awak segera datang ke rumah saya dan mengkhitbah saya segera,saya tunggu kedatangan awak,”mendengar kata-kata yang terlontar dari kedua lisan Viona.maka keesokan harinya Reza mendatangi rumah Viona di kuala lumpur malaysia,dan syukurlah keluarga mereka sangat setuju dan ingin segera mereka menikah,Reza dan Viona memutuskan bulan depan mereka akan segera menikah.satu bulan kemudian Reza dan Viona akhirnya dapatmemadu cintanya di atas pelaminan.kini Viona sudah menjadi pendampingping Reza yang sah,dan menjadi sosok wanita yang sholehah padanya,berparas cantik,dan patuh serta berbakti pada sang suami..namun saking sibuknya Reza memikirkan sang istri sampai-sampai Reza mnelupakan sang ibunda tercintanya di indonesia,Di saat sang rembulan kini berada di tengah langit yang sangat agung entah mengapa Reza terbangun dari alam tidurnya,lantas Viona terbangun juga dan langsung menyungguhkan air putih kepada Reza untuk menenangkan suami tercinta,Viona berkata dengan nada yang amat khawatir”apa yang terjadi sayangku…?”Reza berkata pada sang istri tercintanya”kasih,saya tadi bermimpi bahwa ibu saya memanggil nama saya di tepi pantai tempatku dulu di besarkan,Lepas tu  saya nampak segerombolan ombak menerjang dan menerkam ibu saya,oleh sebab tu saya sangat khawatir padanya,saya ingin besok pagi nak pulang balek ke indonesia,apa adinda idzinkan saya tuk pergi....?”lalu viona menjawabnya dengan di iringi senyuman manja “sayang,awak tu suami saya,jadi apa yang awak nak lakukan pasti saya turuti,namun saya sedikit permintaan,saya nak ikut pula ke indonesia karena tugas saya mendampingi dan selalu ingin bersama awak sebagai suami saya,apakah boleh saya ikut pula....?”Reza berkata dengan kata yang standart”baiklah besok kita berdua pergi sama-sama ke indoneia”setelah itu mereka berpelukan dan melanjutkan tidurnya kembali.

(KEMBALI KE INDONESIA)
          Setelah melalui perjalanan panjang di udara,Kini Reza telah sampai di tanah kelahiran, tempat di mana Reza di besarkan oleh keduanya, namun sesampainya di gubuk rumahnya dahulu Reza sama sekali tidak menjumpai sosok ibunya,Reza sangat bingung dan mencari ibunya,kebetulan pada saat itu Reza bertemu dengan pak Darmo,dialah paman Reza lantas pak Darmo menyapa Reza terlebih dahulu”ini nak Reza kan…?ini paman Darmo kan,kamu sudah besar ya,bagaimana kabar kamu sekarang…?”ucap pak Darmo pada Reza,lantas Reza berkata pada pak Darmo,sambil bergandengan dengan Viona istri yang setia mendampingi Reza di manapun dan kapanpun laksana setianya nabi muhammad dengan istri pertamanya yaitu khodijah yang sangat setia pada sang suami.”iya paman,reza masih sangat ingat dengan paman,kabar reza sekarang baik dan perkenalkan ini istri reza paman namanya viona,oh iya paman, ibu ada di mana….?,aku sangat merindukan ibu dan memeluk ibu,di mana ibu paman..?”kemudian pak Darmo menghela nafas dan berkata dengan nada yang sangat rendah”sebenarnya paman ingin memberi taukan tentang ibu kamu,tapi paman tidak ingin membuat semangat dan kegigihan kamu menjadi kendor selama kamu belajar di malaysia”.maka Reza langsung berkata dengan perasaan penasaraan atas apa maksud dari pak Darmo,maka langsung saja Reza bertanya pada pak Darmo”apa maksud paman..?,coba paman jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada ibu,paman jangan membuat aku tambah gelisah,langsung saja paman katakan apa yang terjadi pada ibu,”setelah itu pak Darmo akan menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada ibu Reza,dan Rezapun menatap pak Darmo dan mendengarkan penjelasannyaibu kamu….ibu kamu….ibu kamu sudah meningalkan kita semua nak,ibu kamu telah menyusul ayah kamu menghadap sang kholik,dan beliau di kuburkan tepat di samping kuburan ayahmu dahulu”kini perasaan Reza hancur lebur laksana bubur,seluruh tubuhnya terasa di cambuk oleh badai petir yang sangat dahsyat,tak terasa air mata Reza berlinang Di sekujur tubuhnya,dengan spontan Reza lansung berlari secepat mungkin ke kuburan ibunya yang berada di samping kuburan ayahnya.sesampainya di sana Reza langsung tersungkur ke kuburan ibunya dengan isak tangis yang sangat histeris dan berkata”ibu,ini Reza bu.Reza sudah kembali pada ibu,lihatlah sekarang.Reza sekarang sudah menjadi orang yang sukses ,dan memiliki seorang istri yang setia  mendampingiku .dia cantik ,sholehah dan berbakti padaku.tapi kenapa kini ibu meniggalkan aku,maafkan aku bu, karena aku telah meninggalkan ibu sangat lama di sini,maaf bu,selama aku menjadi anak ibu,aku tidak bisa membalas jasa-jasa yang telah kau berikan padaku,”dengan air mata yang masih tumpah dari kedua kelopak mata Reza,sambil memeluk batu nisan yang tertancap pada kuburan ibunya.pak Darmo datang dan berkata dengan mengelus bahu Reza “nak,kamu harus bersabar.ini adalah takdir tuhan yang harus kamu hadapi,paman tau ini sangat berat untuk kamu hadapi,tapi apalah daya nak kalau takdir telah berkata kita Cuma bisa pasrah.ibu kamu meninggal dua bulan yang lalu,dia meninggal karena di terjang ombak laut yang sangat besar namun sayang nyawanya tak dapat  terselamatkan,kamu harus bersabar dan tabah menerima ini ya nak”Rezapun teringat akan mimpinya dahulu bahwa ibunya memanggil nama Reza dan melihat segerombolan ombak yang menghempas ibunya.kemudian Reza berkata pada kuburan ayah dan ibunya”terima kasih atas apa yang dulu ayah dan ibu berikan pada ku,jasa-jasa kalian kan ku kenang selalu,semoga ibu dan ayah tenang di alam sana”dan inilah akhir dari semuanya,ketika takdir telah berkata kita tak bisa melakukan apa-apa hanya bisa bersabar dan tabah untuk menghadapinya,dan inilah kisah seseorang yang bernama Reza dan pengorbanan seorang ibu yang rela memberikan apa pun demi kesuksesan anaknya,tapi bisakah kita membalas jasa-jasa orang tua kita.setelah Reza terlepas dari hari yang sangat menyedihkan hatinya,kini Reza sudah menjadi yatim piatu,namun di sisi lain masih ada sang istri setia yaitu Viona yang selalu ada disamping Reza.Reza dan Viona akhirnya memutuskan untuk kembali ke malaysia tempat viona di besarkan.beberapa tahun setelahnya akhirnya mereka di anugerahi seorang anak yang sangat lucu dan imut,dan mereka hidup bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rohmaa…….
(To be continued)
                                                                                                         By: MOH. AMINULLAH XII IPA


                                                                                                         

Read More »

0 comments

Oleh: Rosidi Achmad*

Kring…..! Kring…..! Kring…..!
Hand Phone Nyai Halimah berdering. Dia mendengar bunyi itu. Kitab Bulughul Marom yang dibacanya dari tadi, dia letakkan di atas meja, lalu menerima panggilan itu, “Assalamua'alaikum,” sapanya sopan sambil mendekatkan hand phone di telinga kanannya.
“Wa'alaikum salam,” tutur penelpon itu dari kejauhan, “Maaf Nyai ini saya, Khotijah.”
“Subhanallah, ternyata Ibu Hj Khotijah. Bagaimana kabarnya, Bu?”
“Alhamdulillah, kami sekeluarga sehat. Kalau Pancenengan  dan keluarga bagaimana?”
“Seperti biasa, semua sehat. Kedengarannya, Ibu sekarang berada di dalam mobil, hendak mau ke mana, sih, Bu?”
“Kami memang berada dalam mobil, kami hendak mau ke rumah Nyai. Kami sekeluarga sekarang hampir tiba di pasar Waru.”
“Betulkah? Kami sangat bahagia mendengar kabar ini, tapi kok mendadak sekali?”  tutur Nyai Halimah sambil memindahkan hand phone ke telinga kirinya, “Coba seandainya ibu memberi kabar pada kami tadi pagi, pasti kami bisa siap-siap sebelumnya.”
“Tidak usah repot-repot. Kami jadi tidak enak, mendingan sederhana asalkan kita bisa berkumpul bersama.”
“Ya sudah, kalau begitu kami tunggu.”
“Sebelumnya kami sampaikan terima kasih. Insya Allah sebentar lagi kami sampai di sana. Assalamualaikum,”
“Wassalamualaikum,” jawab Nyai Halimah. Dan Klik.!Beliau menutup panggilan.
*****
Bukan tanpa alasan kedua matanya berkaca-kaca. Hatinya terharu. Beberapa kali dia menahan nafas saat membaca kalimat-kalimat dalam novel itu. Karakter perempuan berkerudung merah dalam novel itu mampu menyentuh hatinya hingga membuat matanya berkaca-kaca. Kisah Yusuf dan Perempuan berkerudung merah yang memendam cinta. Cinta mereka tertutup rapat, hanya Allah, Yusuf dan perempuan berkerudung merah yang tahu. Memang, itu semua adalah hikayah. Hikayah yang mampu membawa jiwanya mengalir, saat membaca novel itu, hingga dia tidak sadar bahwa dia sudah berada di lembar terakhir.
“Neng, kenapa termenung seperti itu?” tanya Anis sambil duduk di samping Hidayah, “Neng Hidayah menangis?”
“Saya begitu larut saat membaca novel ini,” Hidayah bangun dari tempat tidurnya, “Karakter tokohnya begitu kuat. Bahasanya sangat ringan dan mudah dimengerti. Jujur, beberapa kali saya sudah meneteskan air mata haru.”
“Walah, Baru kali ini saya lihat Neng seperti itu. Sampai meneteskan air mata lagi,” ucap Anis dengan nada sedikit meledek, “Bukankah Neng tidak suka buku fiksi. Mmm, atau, jangan-jangan karena penulisnya bukan orang sembarangan?"
“Bukan seperti itu, kamu kan juga tahu novel ini adalah milik Khairul, dia juga yang menulisnya.”
“Itulah sebabnya, Neng. Lidah itu boleh bohong, tapi hati tidak akan bisa berbohong. Kalau bukan hati sudah terpaut, maka cendrung kebosanan yang akan melanda. Hati sangat mempengaruhi pribadi seseorang. Apalagi mahabbah melanda hati, pasti semua akan terasa indah. Meski dengan kaki telanjang pun mampu melalui jalan yang penuh dengan kerikil tajam. Badai saja akan berubah menjadi angin sepoi-sepoi basah. Semuanya akan berubah menjadi indah, seindah taman dalam surga Firdaus-Nya. Itulah perasaan, bila hati sudah penuh cinta.”
“O, kamu ingin bilang bahwa saya suka pada Khairul?”
“Tanyalah pada hati Neng sendiri.” 
“Maksudmu?” Hidayah kembali bertanya penasaran.
“Seperti yang saya katakan barusan. Lidah mungkin bisa bohong, tapi hati tidak akan pernah bisa bohong. Apa yang dikatakan oleh hatimu, itulah jawaban saya, Neng,” jawab Anis.
Hidayah kembali tertunduk. Tidak ada kata-kata yang terangkai melalui bibirnya. Hatinya terus membaca istighfar berulang-ulang. Matanya memandang novel yang dipinjamnya pada Khairul di atas mobil, saat mereka tidak sengaja bertemu seminggu lalu.
“Neng, Buk Nyai tadi mencari kamu,” tutur Anis.
“Kenapa kamu baru bilang bila ummi memanggil saya?”
“Saya lupa, Neng. Sebenarnya sudah tadi buk Nyai bilang pada saya saat pulang dari perpus pesantren. Saya minta maaf atas kelalaian saya ini, Neng.”
“Tidak. Kamu tidak salah apa-apa, kok. Saya ke rumah dulu, tapi maukah kamu membantu saya?”
“Apa yang bisa saya bantu, Neng?”
“Tolong novel ini kamu bungkus menggunakan kertas. Di dalamnya ada surat yang saya tulis untuknya. Berjanjilah kamu tidak akan membacanya. Setelah itu kamu berikan pada Hermanto penjaga koperasi pesantren. Suruhlah dia untuk mengantarkan novel ini ke pesantren Al-Fatah di Desa Dempo Barat. Serahkan pada penulisnya, Khairul.”
“Lho, kan, dia mahasiswa di pesantren ini, kenapa tidak dikasih saat jadwal kuliah?”
“Dipastikan dia tidak akan masuk kuliah. Dia sudah menyelesaikan masa kuliahnya. Kamu kan tahu, mahasiswa yang meraih nilai terbaik dan mendapat rekomendasi ikut tes beasiswa di kampus ini bukan siapa-siapa, tapi pemuda yang membantu mencarikan bukumu dulu. Ya sudah, saya mau menghadap ummi dulu.”
Anis menerima novel itu. Hidayah pun pergi dari pondoknya memenuhi panggilan ibunya.
*****
Mobil pribadi keluarga Subhan Rasyid terus melaju menuju kediaman keluarga Kyai Mukhtar. Di dalam mobil mewah warna putih itu, turut serta ayah dan ibunya:  H. Lukman Hakim dan Hj. Khotijah. H. lukman berada di kursi depan dengan sopir pribadinya. Sedangkan Subhan Rasyid dan ibunya berada di kursi tengah. Keluarga pengusaha tersukses di kota Pamekasan itu sangat menikmati perjalanan mereka. Beberapa kali H. Lukman menyuruh sopir pribadinya untuk memperlambat laju mobil agar bisa melihat pemandangan di sekitar jalan yang mereka lalui. Apalagi saat mereka berada di daerah Gangser yang terkenal keindahan sungainya.
“Ma, saya ingin membuat rumah di dekat sungai ini, bila nanti saya sudah nikah dengan Hidayah,” tutur Subhan manja, sambil memandang ibunya.
Ibunya tersenyum. Lalu memandang suaminya yang duduk bersama sopir di kursi depan. Kemudian bicara, “Ayah, apakah kamu denger apa yang dikatakan anak kita ini?”
“Tentu, kita akan buatkan rumah mewah untukmu dan istrimu. Kalau perlu lengkap dengan bandaranya,” jawab ayah Subhan sambil melihat ke arah anak dan istrinya.
Subhan tersenyum bangga mendengar ucapan ayahnya. Lalu kembali memandang ke luar jendela mobilnya.
Memang, kekayaan ayahnya yang melimpah, perusahaan dan pabrik miliknya yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur membuat keluarga itu menjadi orang terkaya di Kabupaten Pamekasan dan sekitarnya. Semua kebutuhan yang dia perlukan selalu terpenuhi; baik sandang maupun pangan.
Rombongan keluarga H. Lukman Hakim tiba di kediaman Kyai Mukhtar. Mereka disambut dengan ramah oleh keluarga pesantren Al-Amin. Beberapa jenis minuman dan makanan seperti Tapai tertata rapi di atas meja. Mereka berkumpul di ruang tamu khusus pesantren.
“Lho, jangan hanya dilihat makanannya,” pinta Kyai Mukhtar, “Silahkan Pak dicicipi Tapai khas Gangser itu.”
“Iya, dipersilahkan dicicipi, bapak dan ibu Lukman,” tambah Nyai Halimah sambil menyodorkan Tapai pada mereka.
Keluarga H. lukman mengambil Tapai itu. Mereka mencicipinya. Ibu H. Khotijah mulai berkomentar, “Di Pamekasan jenis makanan ini sangat sulit didapatkan. Rasanya yang manis membuat orang pada ketagihan dan memburu Tapai seperti ini.”
“Jika begitu, tinggal di sini saja, Buk. Insya Allah, setiap hari akan kami sediakan Tapai yang sebanyak-banyaknya.”
“Ah, Pancenengan bisa saja,” jawab H. Khotijah singkat, sambil tertawa kecil. Semuanya pun turut tertawa.
Dua keluarga itu terus berbincang-bincang. Mula-mula Kyai Mukhtar bertanya tentang keadaan di kota Pamekasan. Beliau juga bertanya pada Subhan tentang perkembangan kuliahnya di Malang. Subhan menjelaskan pada Beliau. H. Lukman begitu bahagia mendengar kecakapan putranya pada Kyai Mukhtar yang tidak lain adalah calon mertua anak kesayangannya.
Berbeda dengan Hidayah yang dari tadi berada dalam kamarnya. Dia melihat perbincangan orang tuanya dan keluarga Subhan dari jendela berkaca hitam yang tak tembus pandang dari luar, tapi Hidayah bisa memandang dengan leluasa dan jelas dari dalam kamarnya.
“Assalamualaikum,” ibu Hidayah mengucap salam sambil mengetuk pintu kamarnya.
“Waalaikum salam,” jawab Hidayah sambil membuka pintu.
“Hidayah, abimu menyuruhmu untuk berkumpul bersama mereka.”
Hidayah menjauh dari ibunya. Tempat tidur yang dia tuju. Dia tidur membelakangi ibunya yang datang dari pintu masuk kamarnya. Nyai Halimah menghampirinya. Dia duduk di sampingnya kemudian kembali berbicara, “Nak, hargailah niat baik mereka. Bukankah tidak sempurna iman seseorang sampai dia mau menghormati tamunya. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya tidak bahagia menjalani hidupnya. Nak, bangunlah. Bergegaslah ke kamar mandi walau hanya membasuh wajahmu dengan air wudlu. Insya Allah, setelah itu hatimu akan kembali tenang. Temui mereka walau sebentar. Keluarga Subhan ingin bicara denganmu.”
Hidayah duduk kembali. Kini dia menatap wajah ibunya dengan senyuman yang dipaksakan sambil bertutur pada ibunya, “Hidayah masih dalam keadaan punya wudlu. Hidayah baru saja melaksanakan shalat ashar. Sebelum Hidayah berkumpul bersama abi dan mereka, maukah ummi menceritakan pada Hidayah. Kenapa ummi dan abi ingin menjodohkan saya dengan Subhan?”
“Almarhum kakekmu dan kakek Subhan dulu pernah nyantri di pesantren Matlaun Najah di Kabupaten Sumenep. Kakekmu begitu bersahabat dengan kakek Subhan. Mereka berkeinginan kelak tidak hanya sebatas sahabat, tapi ingin ada ikatan kekeluargaan. Nah, setelah kakekmu dan kakek Subhan selesai mondok. Kakekmu mendirikan pesantren ini, sedangkan kakek Subhan menjadi pengusaha. Persahabatan mereka begitu kuat, kakekmu dan kakek Subhan saling melengkapi. Mereka pun sama-sama menikah di tanggal dan hari yang sama. Mereka pun berjanji bila punya anak maka akan mereka jodohkan. Hingga akhirnya, kakek Subhan punya satu anak laki-laki dan kakekmu juga punya satu anak laki-laki yaitu abimu. Maka dari itu, kakekmu berwasiat sebelum wafatnya, apabia kelak punya anak untuk dijodohkan dengan anak pak H. Lukman Hakim anak dari Almarhum H. Hakim sahabat dari kakekmu, Kyai Moh. Ilyas. Maka dari itu, temui mereka di ruang tamu. Mereka akan melamarmu. Ummi dan abi tidak bisa memberikan jawaban pada mereka. Semua ada pada dirimu, karena kamu yang akan menjalaninya. Katakan dengan jujur pada mereka. Jangan kamu korbankan perasaanmu, hanya untuk kebahagian ummi dan abi. Bagi kami, kebahagiaanmu adalah yang utama.”
“Ummi,” potong Hidayah sambil menatap wajah ibunya.
“Iya, Nak. Ada apa?”
“Hidayah minta maaf, bila selama ini masih belum bisa membuat ummi dan abi bahagia,” tuturnya sambil menundukan kepalanya.
Nyai Halimah memandang anak kesayangannya, lalu Beliau memeluknya erat-erat, “Tidak, Nak, kita sangat bersyukur memiliki putri sepertimu. Kamu selalu berusaha membahagiakan orang tuamu ini, walau terkadang kamu harus mengorbankan perasaanmu. Semoga Allah membalas pengabdianmu pada ummi dan abi.”
“Ummi, ini semua masih belum cukup untuk membalas jerih payah abi dan ummi selama ini. Kalian sudah melahirkan  dan membesarkan Hidayah dengan penuh kasih dan asuh. Hidayah sangat bersyukur memiliki orang tua seperti kalian. Saya sayang pada kalian."
Nyai Halimah melepas pelukannya.
"Ummi menangis. Kenapa ummi menangis? Apakah anakmu ini sudah berkata salah? Hukum Hidayah, ummi. Hukum Hidayah bila memang seperti itu."
"Ibu mana yang tidak bahagia memiliki putri seperti mu, Nak?" tutur  Nyai Halimah sambil memegang kedua pipi putrinya, "Air mata ini adalah air mata kebahagiaan."
Hidayah menyeka air mata ibunya sambil tersenyum, ibunya juga tersenyum.
Mereka pun melangkah menuju ruang tamu. Tidak lama kemudian mereka sampai juga. Keluarga H. Lukman memandang Hidayah. Subhan  terus menundukan kepala memandang lantai, meski matanya diam-diam memperhatikan calon istrinya.
“Masya Allah, rupanya Hidayah sudah besar, tambah cantik lagi,” sapa Hj. Khotijah sambil merayu, “Sekarang kuliahnya sudah semester berapa, Nak?”
“Al-hamdulillah, sudah semester lima,” jawab Hidayah datar, lalu duduk bersama ibunya di samping kanan Kyai Mukhtar.
Subhan  tertegun mendengar suara Hidayah. Dia merasa ada getaran hebat masuk saat mendengar suaranya. Dia tetap menundukan kepala.
“Mumpung semua sudah berkumpul, alangkah baiknya bila saya langsung menyampaikan pada Hidayah maksud dan tujuan kami datang," tutur H. Lukman langsung pada pokok pembicaraan, "Begini Nak, maksud kedatangan kami hari ini tentu ingin bersilaturrahim. Selain itu, kami ingin  melamarmu. Besar harapan kamu mau menerima lamaran ini, karena kami pikir nak Hidayah dan Subhan sudah lama bertunangan. Atas dasar itu, menurut saya, alangkah baiknya bila hubungan kalian diikat dengan tali pernikahan."
Hidayah kembali memandang wajah kedua orang tuanya. Dia menghela nafas lalu membaca basmalah dalam hatinya, “Saya sangat bahagia mendengar kabar ini. Hati saya sudah ikhlas menerima bila saya harus bersuamikan Mas Subhan.”
“Betulkah kamu menerima lamaran saya Hidayah?” tanya Subhan.
“Insya Allah, tapi ada satu permintaan.”
“Apa permintaan itu, nak? Kamu berhak memintanya pada kami,” tanya  ibu Subhan, “Insya Allah kami akan memenuhinya. Katakana saja jangan sungkan!”
“Sebelum saya menikah dengan Mas Subhan, idzinkan saya mondok ke pesantren Al-Fatah.”
“Mondok?” tanya Subhan singkat.
“Iya, saya ingin mondok,” jawab Hidayah
Nyai Halimah dan Kyai Mukhtar mendengar pembicaraan putrinya.
“Kamu tidak ingin menghindar dari saya, kan? Atau kamu  ragu pada kesetiaan dan tanggung jawab yang saya miliki? Yakinlah, dengan pengalaman empat tahun di bangku kuliah yang telah saya tempuh, pasti saya mampu membahagiakanmu.”
“Subhan, jangan kamu bilang seperti itu pada Hidayah,”  potong ibu Subhan, “Biarkan dia bicara dulu.”
“Saya hanya ingin  menjadi istri yang selalu menyenangkan hati Mas Subhan kelak. Seperti apa yang dilakukan oleh Siti Khatijah pada Rasulullah atau seperti Sulaikha pada Nabi Yusuf. Mereka menjadi wanita mulia karena selalu berusaha menyenangkan hati suaminya. Dan mereka begitu sabar menemani perjuangan mereka untuk menegakkan agama Allah. Memang, di balik laki-laki hebat pasti di belakangnya ada wanita hebat, tapi bagaimana saya bisa menjadi istri yang baik dan membantu Mas Subhan menjadi pria hebat dan bermamfaat di tengah masyrakat, bila saya tidak memiliki pengetahuan tentang agama? Bukankah sesuatu  yang kecil sekalipun seperti bersuci sampai yang besar seperti ibadah pada Allah semua pasti ada ilmunya, maka dari itu saya ingin memperdalam ilmu dan mencari berkah Allah di pesantren Al-Fatah yang saya maksud, walau hanya satu tahun atau dua tahun. Saya mondok hanya ingin memperdalam ilmu agama di pesantren yang saya maksud. Ini semua saya lakukan hanya untuk mempersiapkan diri agar menjadi istri yang baik dalam rumah tangga yang akan Mas pimpin kelak,” tutur Hidayah sambil menundukkan kepalanya.
“Lalu, bagaimana dengan kuliahmu, bila kamu mondok di sana?” tanya ibu Subhan khawatir.
“Insya Allah saya akan tetap kuliah. Saya akan naik angkot dari Dempo menuju Gangser.”
“Biar saya saja yang mengantar dan menjemputmu," usul Subhan, "Kebetulan saya tidak ada jadwal kuliah untuk tahun ini, yang ada paling cuma nunggu jadwal wisuda."
“Tidak usah  Mas, terimakasih,” Hidayah menolak, “Insya Allah saya sudah terbiasa berjalan sendiri, karena setiap hari ummi selalu nyuruh saya ke pasar untuk belanja. Lagian jadwal kuliah saya tidak begitu padat, hanya hari sabtu dan minggu, lebih baik Mas kembali lagi ke Malang untuk mempersiapkan wisudamu.”
“Baiklah, bila itu permintaan nak Hidayah, Insya Allah kami akan sabar menunggu," tutur ibu Subhan bijak, "Lagi pula kami juga ingin pernikahan kalian adalah pernikahan yang benar-benar timbul dari keinginan kalian berdua. Hidayah benar, semuanya butuh ilmu. Subhan, ternyata kamu harus banyak belajar dari Hidayah."
“Terimakasih, Ma. Insya Allah saya akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.”
“Sama-sama, Nak. Belajarlah yang giat di sana.”
Hidayah kembali menganggukkan kepala sambil melirik wajah ibu dan ayahnya yang tersenyum. Senyum yang tidak dapat dia pahami maknanya. Mungkinkah  senyum itu adalah senyum bangga karena memiliki putri sepertinya atau sebaliknya?
“Lho, silahkan Pak H. Lukman minum lagi tehnya,” pinta Kyai Mukhtar bermaksud mengalihkan perhatian, ”Tapainya juga jangan lupa dicicipi sekalian.”
“O, tidak usah, semua sudah lebih dari pada cukup,” tukas H. Lukman sambil melirik jam tangannya, “Kami mohon pamit pulang saja, nampaknya maghrib sudah hampir tiba.”
“Tunggulah saja sebentar lagi, maghrib sudah hampir tiba. Kita shalat berjemaah bersama santri saja di masjid sekalian,” pinta Kyai Mukhtar.
“Maksud hati ingin sekali berlama-lama bersama Pancenengan, tapi saya harus pulang. Besok pagi-pagi sekali saya harus berangkat ke Surabaya untuk ngecek proyek pembangunan pabrik gula saya yang baru.”
“O, iya kami tunggu di Pamekasan. Kira-kira kapan Kyai, Nyai dan Hidayah akan main ke Pamekasan,” tanya ibu Subhan.
“Insya Allah, kami pasti main ke rumah ibu,” tutur ibu Hidayah.
“Ya sudah bila itu memang ke inginan bapak H. Lukman, kami tidak bisa mencegatnya. Sekali lagi terimakasih sudah berkunjung ke rumah kami.”
“Seharusnya kami yang berterimakasih,” tutur H. Lukman, “Karena sudah membuat repot keluarga Pancenengan.”
Dua keluarga itu pun saling bersalaman.

=====================

*Penulis adalah alumni santri Pondok Pesantren Al-Falah Dempo Barat Pamekasan Sekaligus penulis Novel Pesan Keramat.


Read More »

Yuk Bagikan

Galeri Madrasah